duniafinansial.com — Mengapa Afghanistan diperebutkan? Pertanyaan ini sering kali muncul ketika kita berbicara tentang perang yang terjadi di negara itu.
Seperti diketahui, Afganistan yang memiliki nama resmi “Keamiran Islam Afganistan” adalah sebuah negara yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah.
Berbatasan dengan Pakistan di timur dan selatan, Iran di barat, Turkmenistan dan Uzbekistan di utara, dan Tajikistan dan Tiongkok di timur laut, wilayah negara ini meliputi 652.000 km² (252.000 sq mi).
Dengan wilayah seluas itu, Afganistan merupakan negara terbesar ke-41 di dunia. Negara ini punya populasi sekitar 31,4 juta pada 2020.
Penduduknya meliputi 3 kelompok etnik besar, yakni Pashtun, Persia (Tajik, Hazara & Aimak), dan Uzbek. Kabul merupakan ibu kota sekaligus kota terbesar di Afganistan.
Dalam beberapa dekade terakhir, negara ini pun menjadi sebuah negara kategori miskin akibat perang yang melanda masyarakatnya.
Namun, pada tahun 2021 lalu, Afganistan telah dikuasai oleh Taliban, yang kemudian mengubah wajah negara itu.
Ekonomi Afghanistan
Sebagai sebuah negara yang relatif miskin, Afganistan sangat bergantung pada pertanian dan peternakan.
Adapun penyebab ekonomi negara ini melemah adalah karena kerusuhan politik, dan militer terkini, tambahan kemarau keras dengan kesulitan bangsa antara 1998—2001.
Sebagian penduduknya menderita krisis pangan, sandang, papan, dan minimnya perawatan kesehatan.
Kondisi tersebut kian diperburuk oleh operasi militer, dan ketidakpastian politik. Di samping itu, inflasi pun menyisakan banyak masalah.
Perlu diketahui, perang koalisi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) yang menimbulkan jatuhnya Taliban pada November 2001.
Selanjutnya, dibentuk Otoritas Interim Afganistan (AIA) yang diakibatkan dari Persetujuan Bonn Desember 2001.
Pihak internasional pun kemudian berupaya untuk membangun kembali Afganistan melalui Konferensi Donor Tokyo untuk Rekonstruksi Afganistan pada Januari 2002.
Dari situ, sebanyak $4,5 juta dikumpulkan untuk dana perwalian yang akan diatur oleh Bank Dunia.
Wilayah prioritas untuk rekonstruksi, yakni pendidikan, kesehatan, dan fasilitas kesehatan, peningkatan kapasitas administratif, perkembangan sektor pertanian, dan pembangunan kembali jalan, energi, dan jaringan telekomunikasi.
Mengapa Afghanistan Diperebutkan?
Meski merupakan salah satu negara termiskin di dunia ini, kabarnya Afganistan punya “harta karun” dengan jumlah mencapai ribuan triliun.
Hal itu juga menjadi salah satu alasan mengapa Afghanistan diperebutkan hingga saat ini.
Adapun cadangan tambang dan energi utuh itu diketahui sebesar US$3 triliun atau setara dengan Rp43.163 triliun (kurs Rp14.387).
Sepuluh tahun lalu, lembaga penyelidikan geologi AS menyebut total nilai tambang dan sumber daya alam (SDA) Afganistan mencapai US$1.000 miliar.
Beragam bahan tambang ada di dalam perut bumi Afganistan berupa emas, perak, plutonium.
Di samping itu, juga ada uranium, tantalum, bauksit, gas alam, garam, batu logam, tembaga, perak, kromium, timah, bedak, belerang, batu bara, barit, dan seng.
Diketahui, barang tambang itu langka di seluruh dunia sehingga hal tersebut berpotensi untuk menjadi penggerak ekonomi Afganistan yang kini masih bergantung pada negara lain.
Menurut prediksi Kementerian Pertambangan dan Perminyakan Afganistan, sumber daya alam Afganistan itu bernilai US$3 triliun.
Setidaknya, terdapat ada 1.400 titik yang mempunyai beragam jenis sumber daya alam, di antaranya gas alam, batu bara, garam, uranium, tembaga, emas, dan perak.
Gas alam ditemukan di provinsi utara Balkh, Shebirghan, dan Asripol yang mencapai 100 hingga 500 miliar meter kubik.
Penelitian NASA pun menyebut terdapat lebih dari seratus zona minyak dan gas di Afganistan.
Berdasarkan laporan terbaru British Petroleum, kapasitas minyak Afganistan diperkirakan dari 250 hingga 300 barrel per hari.
Dengan demikian, Afganistan kemungkinan memperoleh US$9 miliar dan US$100 juta per tahun dari sumber daya itu.
Sementara itu, para pejabat di De Afghanistan Bank (bank sentral) mengatakan, Afganistan memerlukan US$6—7 miliar untuk pertumbuhan ekonominya yang sumber daya alamnya dianggap sebagai sumber pertumbuhan ekonomi yang baik.
Bagaimana Situasi Politik Politik Afghanistan?
Setelah runtuhnya Republik Islam Afganistan sepanjang serangan Taliban tahun 2021, Taliban kemudian menyatakan negara itu sebagai Keamiran Islam.
Adapun pemerintah sementara baru diumumkan pada 7 September. Pada 8 September 2021, tidak ada negara lain yang secara resmi mengakui Keamiran Islam Afganistan sebagai pemerintah de jure Afganistan.
Diketahui, instrumen tradisional pemerintahan di Afganistan adalah loya jirga (Majelis Besar).
Ini adalah pertemuan konsultatif Pashtun yang terutama diselenggarakan untuk memilih kepala negara baru , mengadopsi konstitusi baru, atau untuk menyelesaikan masalah nasional atau regional seperti perang.
Loya jirga sudah diadakan setidaknya sejak 1747, dengan yang terbaru terjadi pada Agustus 2020.
Pada 17 Agustus 2021, pemimpin partai Hezb-e-Islami Gulbuddin yang berafiliasi dengan Taliban, Gulbuddin Hekmatyar, bertemu dengan Hamid Karzai , mantan Presiden Afganistan.
Selain itu, juga ada Abdullah Abdullah, ketua Dewan Tinggi Rekonsiliasi Nasional dan mantan Presiden Afghanistan.
Pertemuan Chief Executive, di Doha , Qatar itu bertujuan membentuk pemerintahan (meskipun tidak jelas apakah Karzai atau Abdullah akan terlibat langsung dalam pemerintahan semacam itu).
Presiden Ashraf Ghani , setelah melarikan diri dari negara itu selama Taliban maju ke Tajikistan atau Uzbekistan, kemudian muncul di Uni Emirat Arab.
Ia pun mengatakan bahwa dirinya mendukung negosiasi tersebut dan sedang dalam pembicaraan untuk kembali ke Afganistan.
Pada Agustus 2021, Keamiran Islam tengah menjalani masa transisi politik dengan Dewan Koordinasi tidak resmi yang dipimpin oleh negarawan senior dalam proses koordinasi transfer lembaga negara Republik Islam Afghanistan ke Taliban.
Sementara itu, pasukan Taliban menjalankan otoritas polisi yang efektif di negara tersebut.
Pertemuan Kabul tentang pembentukan pemerintah adalah pertemuan khusus laki-laki menurut Fawzia Koofi , mantan anggota Majelis Nasional Afganistan, yang menyatakan bahwa pemerintahan khusus laki-laki “tidak akan lengkap”.
Umumnya, banyak tokoh di dalam Taliban yang setuju bahwa kelanjutan dari Konstitusi Afghanistan mungkin bisa diterapkan sebagai dasar untuk negara baru karena keberatan mereka terhadap pemerintah sebelumnya bersifat agama, bukan politik.
Pada 20 Agustus, Abdul Ghani Baradar tiba di Kabul dari Kandahar untuk memulai negosiasi formal dengan Dewan Koordinasi terkait komposisi dan struktur pemerintahan baru.
Beberapa jam usai penerbangan terakhir pasukan AS meninggalkan Kabul pada 30 Agustus, seorang pejabat Taliban mengatakan bahwa pemerintah baru kemungkinan akan diumumkan paling cepat Jumat 3 September setelah Jumu'ah.
Hibatullah Akhundzada pun akan secara resmi bernama Emir, dengan menteri kabinet terungkap di Arg dalam sebuah upacara resmi.
Abdul Ghani Baradar akan ditunjuk sebagai kepala pemerintahan sebagai Perdana Menteri, sedangkan posisi penting lainnya akan dijabat oleh Sirajuddin Haqqani dan Mohammad Yaqoob.
Adapun di bawah pemimpin tertinggi, pemerintahan sehari-hari akan dipercayakan kepada kabinet.
CNN melaporkan, pemerintah baru kemungkinan akan menjadi Keamiran Islam Deobandis kesatuan.
Pada sebuah laporan CNN-News18, sumber-sumber mengatakan pemerintah baru akan diperintah mirip dengan Iran dengan Haibatullah Akhundzada sebagai pemimpin tertinggi mirip dengan peran Ayatullah Ali Khamenei, dan akan berbasis di Kandahar.
Baradar atau Yaqoob akan menjadi kepala pemerintahan sebagai Perdana Menteri. Kementerian dan lembaga pemerintah akan berada di bawah kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri.
Pemimpin Tertinggi akan memimpin badan eksekutif yang dikenal sebagai Dewan Tertinggi dengan 11 hingga 72 anggota.
Abdul Hakim Ishaqzai kemungkinan akan dipromosikan menjadi Hakim Agung. Menurut laporan tersebut, pemerintahan baru akan berlangsung dalam kerangka Konstitusi Afganistan 1964 yang diamandemen.
Demikianlah tadi ulasan lengkap terkait mengapa Afghanistan diperebutkan yang perlu diketahui.