Gaya Hidup Konsumtif adalah: Ciri, Penyebab, dan Risikonya

Selasa, 10 September 2024 | 16:11:14 WIB
Ilustrasi gaya hidup konsumtif adalah (Foto: Canva Pro)

duniafinansial.com – Gaya hidup konsumtif adalah salah satu fenomena umum yang terjadi di kalangan masyarakat modern. Apa saja ciri, penyebab, dan risikonya?

Pada dasarnya, gaya hidup konsumtif terjadi dalam kehidupan sehari-hari karena seseorang terjebak untuk terus mengikuti tren dan gaya hidup mewah.

Fenomena ini biasanya ditandai dengan dorongan untuk terus membeli barang-barang terbaru, mengikuti mode/tren terkini, serta memuaskan keinginan sesaat.

Saat terjebak dalam gaya hidup yang satu ini, seseorang akan terus menghabiskan uang secara berlebihan, yang biasanya diperuntukkan bagi keinginan yang sifatnya materi atau benda.

Adapun dampaknya, orang tersebut akan terjebak dalam jerat utang serta masalah keuangan yang sulit untuk diatasi.

Gaya Hidup Konsumtif adalah

Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “konsumtif” berarti sesuatu yang bersifat konsumsi, hanya memakai, dan tidak menghasilkan sendiri. 

Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa gaya hidup konsumtif adalah tindakan untuk menggunakan sebuah produk secara tidak tuntas. 

Artinya, sebelum sebuah produk selesai digunakan, seseorang sudah memakai produk lain dengan fungsi yang sama. 

Dalam gaya hidup ini, biasanya beberapa produk konsumtif yang sering digunakan adalah tas, pakaian, sepatu, aksesori, dan seterusnya.

Contoh utama dan paling sering terjadi dari gaya hidup ini adalah saat seseorang membeli barang branded demi meningkatkan status sosialnya. Padahal, barang tersebut sebetulnya tidak terlalu dibutuhkan.

Ciri-ciri Gaya Hidup Konsumtif

Berikut ini adalah beberapa ciri dari gaya hidup konsumtif yang sebaiknya segera dihindari.

1. Ingin Selalu Punya Barang Baru

Lazimnya, pada gaya hidup yang satu ini, seseorang akan mudah tergoda untuk membeli barang baru secara terus-menerus, padahal itu tidak benar-benar dibutuhkan.

Biasanya, seseorang membeli barang-barang ini hanya untuk kesenangan yang sifatnya sementara.

2. Fokus pada Merek dan Status Sosial

Demi meningkatkan citra di mata orang lain, seseorang dengan gaya hidup yang konsumtif kerap kali terpaku pada merek.

Biasanya, mereka pun merasa wajib untuk punya barang-barang yang dinilai mahal/mewah demi menunjukkan status sosial. 

3. Tidak Ada Kepuasan Jangka Panjang

Sekalipun sudah membeli barang-barang baru dan mewah, tetapi seseorang dengan gaya hidup yang konsumtif biasanya tidak pernah merasa puas untuk jangka waktu yang panjang. 

Karena itu, mereka pun terus-menerus mencari kepuasan instan dengan cara membeli barang-barang baru yang mewah.

4. Menjadikan Belanja sebagai Hiburan

Bagi mereka dengan gaya hidup yang konsumtif, belanja dianggap sebagai bentuk hiburan. Mereka pun biasanya akan sangat senang ketika berbelanja.

5. Tidak Punya Tabungan yang Cukup

Karena fokus utamanya adalah menghabiskan uang untuk memenuhi keinginan konsumtif, pemilik gaya hidup yang konsumtif pada umumnya tidak punya tabungan yang cukup dalam menghadapi situasi darurat.

6. Sulit Membedakan Kebutuhan dengan Keinginan

Mereka yang punya gaya hidup yang konsumtif biasanya juga sulit untuk membedakan antara kebutuhan dengan keinginan. 

Pasalnya, bagi mereka, seluruh keinginan dianggap sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi secepatnya.

Faktor Penyebab Gaya Hidup Konsumtif

Ada banyak faktor yang membuat seseorang mengadopsi gaya hidup yang konsumtif. Berikut ini beberapa di antaranya.

1. Media Sosial

Salah satu penyebab utama gaya hidup yang konsumtif adalah karena pengaruh media sosial.

Pasalnya, seseorang yang terpapar secara terus-menerus dengan gaya hidup glamor dan produk yang menarik perhatian di media sosial biasanya akan menerapkan gaya hidup yang konsumtif.

2. Tekanan Sosial

Supaya tidak merasa terpinggirkan, seseorang akan terjebak dalam gaya hidup yang konsumtif ketika teman-teman atau rekan sekerjanya juga ikut dalam tren tersebut.

Pada dasarnya, tekanan sosial juga bisa membuat seseorang mengeluarkan uang yang lebih banyak uang jumlahnya daripada yang seharusnya.

3. Layanan Pinjaman yang Mudah

Beragam layanan pinjaman saat ini hadir untuk menawarkan kemudahan. Hal itu pun bisa membuat seseorang merasa lebih leluasa untuk berbelanja meski sebetulnya mereka tidak punya cukup uang untuk membayarnya.

Akibat terburuk dari hal tersebut adalah jumlah utang pun kian tidak terkendali.

4. Pendidikan Keuangan yang Minim

Jika seseorang tidak punya pemahaman yang baik tentang keuangan pribadi maka biasanya ia tidak menyadari akibat dari perilaku konsumtif. 

Dengan minimnya edukasi atau literasi keuangan, hal itu bisa menyebabkan seseorang masuk dalam lingkaran pengeluaran yang tidak dapat dikendalikan.

5. Gaya Hidup Imitatif

Saat melihat selebritas atau tokoh publik yang menjalani gaya hidup mewah, adakalanya seseorang bisa terpengaruh oleh hal tersebut.

Pada akhirnya, seseorang akan mencontoh apa yang mereka lihat, padahal ia tidak punya kapasitas yang sama untuk memenuhinya.

6. Memuaskan Diri dengan Memiliki Barang Mewah

Ada juga orang-orang yang mencari nilai dirinya dalam barang-barang yang mereka punya. Artinya, mereka merasa lebih dihargai saat memiliki banyak barang mewah. 

Risiko Gaya Hidup Konsumtif

Dalam jangka panjang, ada beberapa risiko gaya hidup yang konsumtif yang sangat penting untuk diwaspadai. Berikut ini beberapa di antaranya.

1. Kondisi Keuangan tidak Stabil

Kondisi keuangan bisa rusak dengan drastis saat seseorang terjebak dalam gaya hidup yang konsumtif.

Keuangan pun menjadi tidak stabil akibat pengeluaran yang tidak terkendali.  Di samping itu, pemenuhan kebutuhan dasar dan pembayaran tagihan bulanan pun sulit untuk dipenuhi.

Hal itu pun menyebabkan terjadinya tekanan finansial berkepanjangan sehingga akan mengganggu keseimbangan keuangan seseorang.

2. Utang tidak Bisa Terbayar

Fasilitas kredit, misalnya kartu kredit atau pinjaman, sering kali membuat seseorang tergoda untuk membeli barang-barang tertentu.

Apabila tidak dikelola secara bijak maka utang itu bisa menumpuk sehingga menjadi beban yang memberatkan di kemudian hari. 

Tentunya, utang yang tidak bisa terbayarkan dapat merusak reputasi finansial seseorang dan mengganggu rencana keuangan dalam jangka panjang.

3. Persiapan Masa Depan Teralihkan

Gaya hidup yang konsumtif juga bisa mengalihkan perhatian dari persiapan masa depan yang justru lebih penting, misalnya investasi untuk pendidikan, pensiun, atau rencana bisnis.

Akibat banyaknya pengeluaran yang tidak perlu, seseorang pun tidak punya cadangan finansial yang cukup dalam menghadapi peristiwa darurat dan tidak terduga serta mewujudkan tujuan jangka panjang.

4. Tidak Mampu Menghadapi Krisis

Dengan tabungan yang sedikit, seseorang yang memiliki gaya hidup yang konsumtif biasanya akan kesulitan dalam menghadapi situasi darurat atau krisis finansial. 

5. Kepuasan Hidup yang Rendah

Untuk jangka panjang, gaya hidup yang konsumtif biasanya tidak akan membawa kebahagiaan.

Meski memperoleh barang-barang mewah, tetapi hal itu bisa saja hanyalah sebuah kegembiraan sementara. 

Kepuasan tersebut lantas akan berlalu sangat cepat, lalu diikuti oleh keinginan untuk memperoleh lebih banyak lagi. 

Dengan demikian, terciptalah siklus konsumsi yang tidak pernah puas sehingga berakhir pada kepuasan hidup yang rendah.

6. Berdampak Negatif terhadap Hubungan Sosial

Gaya hidup yang konsumtif pada dasarnya juga dapat berdampak terhadap hubungan sosial seseorang.

Ketegangan dalam hubungan bisa terjadi karena seseorang terjebak dalam aktivitas konsumtif yang tidak mampu diikuti oleh teman-teman atau keluarganya.

7. Ketidakpuasan dalam Jangka Panjang

Mereka yang hidup konsumtif biasanya akan mengalami ketidakpuasan dalam jangka panjang. Penyebabnya adalah mereka selalu berusaha untuk punya lebih banyak. 

8. Kerusakan Lingkungan

Penting digarisbawahi bahwa gaya hidup yang konsumtif juga akan berdampak negatif terhadap lingkungan. 

Saat membeli barang-barang konsumtif dengan jumlah besar, hal itu akan menghasilkan limbah dan emisi karbon yang merusak lingkungan.

Tips Menghindari Gaya Hidup Konsumtif

Untuk menghindari gaya hidup yang konsumtif, terdapat beberapa tips yang bisa diterapkan, antara lain sebagai berikut.

1. Membuat Anggaran dan Rencanakan Pengeluaran

Pertama, tentukan batasan pengeluaran bulanan dan buatlah anggaran yang jelas untuk kebutuhan pokok, tabungan, dan pengeluaran tambahan. 

Dengan rencana yang terorganisir, kamu bisa menjauh dari godaan untuk berbelanja secara impulsif.

2. Mengenali Keinginan dan Kebutuhan

Tanyakan pada diri sendiri, apakah sebuah barang yang akan dibeli betul-betul merupakan kebutuhan yang penting atau hanya keinginan yang dapat ditunda?

Dalam hal ini, silakan tunggu hingga 21 hari. Nantinya, kalau kamu masih merasa barang itu dibutuhkan maka boleh jadi itu adalah barang kebutuhan yang penting untuk dirimu. 

3. Membuat Daftar Belanja

Jika kamu hendak berbelanja maka sebaiknya buat daftar belanja yang spesifik. Kamu pun harus mematuhi daftar tersebut. 

Dengan demikian, kamu akan tetap fokus kepada barang-barang yang betul-betul diperlukan serta menghindari pembelian impulsif.

4. Gunakan Metode “Pay Yourself First

Kamu bisa menyisihkan sebagian uang dari penghasilanmu, kemudian tabung uang itu ke rekening berbeda milikmu. 

Dengan demikian, kamu akan punya lebih sedikit uang untuk dihabiskan dan hal itu dapat menghindarkan kamu dari pembelian impulsif. 

5. Jauhi Godaan Belanja yang tidak Perlu

Kamu juga perlu menjauhkan diri dari lingkungan atau situasi yang bisa memicu keinginan untuk berbelanja secara berlebihan. 

Contohnya, hindarilah pusat perbelanjaan kalau kamu tidak punya keperluan yang benar-benar mendesak.

6. Pahami Dampak Jangka Panjang

Jika kamu ingin membeli sesuatu maka sebaiknya pahami efek jangka panjang dari pengeluaran itu. 

Kamu perlu mempertimbangkan apakah barang itu akan bernilai atau bermanfaat dalam jangka panjang yang sebanding dengan harganya. 

Nah, itulah tadi pembahasan lengkap seputar gaya hidup konsumtif yang penting untuk diketahui dan dihindari mulai sekarang juga.

Terkini