duniafinansial.com — Co-branding atau yang juga ditulis sebagai co branding adalah sebuah metode penting dalam sebuah perusahaan. Seperti apa strateginya?
Pada dasarnya, co-branding adalah cara yang efektif untuk perusahaan dalam menggabungkan kekuatan, mengarah pada peningkatan keuntungan merek, dan mengurangi biaya serta risiko individu.
Metode ini pun digunakan oleh banyak perusahaan dalam rangka menciptakan produk yang berharga serta menjangkau pasar konsumen baru.
Pada awal tahun 2021 lalu, misalnya, lahir produk hasil kolaborasi antara brand jamu dengan brand makeup yang viral. Adapun hasil dari kolaborasi tersebut menjadi salah satu contoh co-branding.
Perlu diketahui, hasil dari co-branding biasanya sangat unik dan menarik minat konsumen. Bahkan, sebagian di antaranya akan dijual dalam edisi terbatas sehingga semakin meningkatkan minat beli konsumen.
Co Branding adalah
Pengertian co branding adalah strategi yang diterapkan oleh banyak bisnis dengan tujuan memperluas basis pelanggan, meningkatkan profitabilitas, pangsa pasar, loyalitas pelanggan, citra merek, nilai yang dirasakan, dan penghematan biaya.
Beragam jenis bisnis, mulai dari pengecer, restoran, produsen mobil, hingga produsen elektronik, memakai taktik co-branding ini untuk menciptakan sinergi berdasarkan kekuatan unik dari masing-masing merek.
Ringkasnya, sebagai sebuah strategi, tujuan dari co-branding adalah untuk meraih pangsa pasar, meningkatkan aliran pendapatan, serta memanfaatkan kesadaran pelanggan yang meningkat.
Perlu diketahui, co-branding dapat muncul dari dua/lebih pihak yang secara sadar memutuskan untuk berkolaborasi pada produk khusus.
Hal itu pun dapat terjadi karena adanya penggabungan (akuisisi) perusahaan, yang menjadi cara untuk mentransfer merek yang terkait dengan produsen/penyedia layanan terkenal ke perusahaan dan merek yang lebih dikenal.
Bukan sekadar melibatkan asosiasi nama dan merek, pada co-branding juga terdapat potensi untuk berbagi teknologi dan keahlian, yang memanfaatkan keunggulan unik masing-masing mitranya.
Di lain sisi, produk co-branding pun lebih terbatas dalam hal audiens ketimbang produk korporat yang memakai satu nama. Adapun citra yang disampaikan lebih spesifik.
Jadi, perusahaan mesti mempertimbangkan, apakah co-branding bisa memberikan manfaat atau malah menjauhkan pelanggan yang sudah terbiasa dengan nama tunggal yang memiliki identitas produk yang akrab.
Lebih jauh, perusahaan pun harus memilih mitra co-branding dengan sangat hati-hati sebab sekalipun hubungan dengan merek lain bisa membawa keuntungan, juga ada risiko yang wajib diperhitungkan.
Adapun strategi yang baik, yakni dengan meluncurkan produk atau layanan co-branding secara perlahan sebelum mengumumkannya kepada publik dan mempromosikannya.
Dengan demikian, tersedia waktu bagi pasar untuk menilai produk itu nantinya.
Strategi Co Branding
Setidaknya, ada 4 strategi co-branding yang berbeda menurut para ahli di bidang branding dan pemasaran, yaitu:
- Strategi penetrasi pasar: Strategi konservatif ini bertujuan untuk mempertahankan pangsa pasar dan nama merek yang telah ada dari 2 perusahaan yang bekerja sama atau bergabung
- Strategi merek global: Tujuan strategi ini untuk melayani seluruh pelanggan dengan satu merek global co-brand yang telah ada
- Strategi penguatan merek: Strategi ini dicontohkan dengan penggunaan nama merek baru
- Strategi perluasan merek: Penciptaan nama co-branding baru yang hanya dipakai di pasar baru
Manfaat Co Branding
Bagi seluruh pihak yang terlibat, termasuk konsumen yang membeli produk atau menggunakan layanan tersebut, co-branding memberikan beberapa manfaat berikut ini:
- Meningkatkan pelanggan
- Jangkauan pelanggan yang lebih luas
- Meningkatkan penjualan
- Menciptakan produk dengan kualitas yang lebih baik
- Menghasilkan pendapatan royalti
- Memperkuat loyalitas pelanggan
- Meningkatkan pengenalan merek
- Meningkatkan kredibilitas dan kehormatan
- Berbagi beban keuangan untuk pemasaran dan pengembangan teknologi
- Pendapatan dari teknologi yang dihasilkan bersama
- Berbagi risiko bersama
Perbedaan Co Branding dan Co Marketing
Adapun co-branding dan co-marketing merupakan konsep yang hampir sama sebab keduanya melibatkan kemitraan antara merek-merek yang ingin memperkuat upaya pemasaran mereka.
Meski demikian, terdapat perbedaan dalam cara pelaksanaan di antara kedua konsep tersebut.
Co-marketing diketahui akan menyelaraskan upaya pemasaran dari 2 mitra, tetapi tidak menghasilkan penciptaan produk atau layanan baru.
Sementara itu, co-branding secara khusus didasarkan pada penciptaan produk maupun layanan baru.
Contoh Co Branding
Berikut ini adalah beberapa contoh terkenal dari strategi co-branding:
- Taco Bell’s Doritos Locos Tacos: Produk makanan spesial yang dikembangkan bersama oleh Yum! Brands, Inc. dan anak perusahaan PepsiCo, Frito-Lay, Inc.
- “Your favorite music, one tap away”: Ini adalah kolaborasi antara Uber dan Pandora Media yang memungkinkan penumpang Uber membuat daftar putar Pandora untuk digunakan selama perjalanan
- Kartu Citi AAdvantage: Kartu kredit Citi yang memberikan miles American Airlines dengan pembelian yang memenuhi syarat
- Makanan supermarket: Campuran kue Pillsbury dengan cokelat Hershey; sereal Kellogg's dengan selai kacang Jif dari Smucker
- Nike+: Kemitraan antara Nike Inc dan Apple Inc yang menghubungkan teknologi pelacakan aktivitas dalam perlengkapan atletik dengan aplikasi iPhone dan Apple Watch
Keunggulan dan Kelemahan Co Branding
Penggunaan strategi co-branding sebetulnya punya banyak keuntungan meski di lain sisi juga mengandung resiko kerugian.
Hal itu pun bergantung kepada cara perusahan dalam memilih pasangan mitra yang tepat, kondisi pasar, serta kondisi masing-masing merek.
Berikut ini beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan melakukan strategi co-branding.
1. Pendapatan dari Royalti
Di antara merek yang saling berkolaborasi, nantinya dapat saling memperoleh sumber pendapatan yang kedua berupa royalty. Hal itu terkait dengan lisensi merek dan bahan baku yang dipakai.
2. Menaikkan Penjualan
Saat menggandeng merek lain, sebuah perusahaan akan mampu meningkatkan volume penjualan.
Apalagi kalau merek yang diajak untuk bekerja sama itu mempunyai kekuatan yang menjanjikan atau setara.
3. Menyasar Pelanggan Baru
Dengan menggandeng perusahaan yang menguasai segmen pasar yang besar, melalui co-branding akan membuat perusahaan yang satunya dapat memasuki pasar baru.
Hal itu tentunya akan memberikan brand awareness yang tinggi kepada pasar yang lebih luas.
4. Menawarkan Keuntungan bagi Konsumen
Pada dasarnya, strategi co-branding mampu memberikan keuntungan/benefit tambahan bagi konsumen, misalnya paket penawaran yang lebih menarik, promo bundle, bonus tambahan, penawaran kredit dari bank, dan lainnya.
5. Meminimalkan Investasi
Pada strategi pengembangan usaha, guna memasuki pasar baru, strategi co-branding akan membantu untuk menghemat biaya.
Dalam hal ini, tidak perlu mengorbankan terlalu banyak investasi sebab beban biaya akan ditanggung perusahaan yang berkolaborasi.
Namun, selain keuntungan yang dapat diperoleh dari co-branding, juga ada beberapa kelemahan atau risiko yang akan dihadapi, antara lain sebagai berikut.
1. Berebut Keuntungan
Jika salah satu pihak yang bekerja sama hanya mementingkan keuntungan sendiri tanpa memperhatikan kerja sama co branding maka pihak yang lain akan dirugikan. Boleh jadi, keduanya malah berebut keuntungan.
2. Ciri Khas Perusahaan Berbeda
Adapun perusahaan yang bekerja sama mesti menyesuaikan gaya atau personality-nya. Sering kali, perusahaan berseberangan personality-nya sehingga harus mem-branding perusahaan kembali.
3. Perubahan Status Financial Partner
Adapun berubahnya status financial partner dapat mengakibatkan permasalahan dalam kerja sama yang telah dijalin. Permasalahan terkait keuangan kembali menjadi hal yang sensitif bagi perusahaan yang menjalin kemitraan.
4. Merger/Takeovers
Jika salah satu perusahaan merger atau diambil alih maka hal itu dapat menimbulkan masalah pada kerja sama yang sudah dibuat. Pada akhirnya, kesepakatan-kesepakatan yang dibuat dapat berubah.
5. Perubahan Pasar
Dalam hal ini, perusahaan harus jeli mempelajari situasi pasar yang senantiasa berubah sebab bisa menjadi ancaman yang serius.
Jadi, sebelum terjadi co-branding, sebaiknya perusahaan melakukan riset terlebih dahulu terkait kecenderungan pasar.
Demikianlah tadi ulasan lengkap seputar apa itu co branding yang penting untuk diketahui.