duniafintech.com — Revenue Per Share adalah istilah yang berkaitan erat dengan sektor keuangan. Istilah Revenue Per Share (RPS) juga tidak bisa dilepaskan dari kata “revenue”.
Seperti diketahui, revenue (pendapatan) merupakan total uang yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan ketika menjalankan bisnisnya.
Pada dasarnya, pendapatan hanya total uang yang sudah dibayarkan klien perusahaan kepada perusahaan, terlepas dari apa jenis bisnis yang dijalankan.
Di lain sisi, istilah revenue share ini sendiri sangat umum dipakai oleh perusahaan untuk menunjukkan kinerja keuangan dalam jangka waktu tertentu.
Dalam hal ini, angka revenue per share akan menjadi sorotan dari peninjau laporan keuangan perusahaan, termasuk investor.
Hal itu karena revenue share berdampak terhadap penilaian profitabilitas perusahaan sekaligus untuk mengevaluasi potensi investasi perusahaan.
Biasanya, perusahaan akan melaporkan pendapatan secara triwulanan dan tahunan di laporan keuangan mereka.
Seperti diketahui, laporan keuangan perusahaan meliputi neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas.
Terkait hal itu, pendapatan kerap disebut sebagai “topline” sebab posisinya ada pada bagian paling atas di laporan laba rugi.
Nah, untuk lebih memahami tentang Revenue Per Share adalah, mulai dari kategori hingga cara menghitungnya, simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Revenue Per Share adalah
Pada dasarnya, Revenue Per Share adalah total pendapatan per lembar saham perusahaan yang beredar. Terkait hal itu, tanda yang baik dapat dilihat dari meningkatkan pendapatan per bagian selama waktu yang ditentukan.
Dengan demikian, setiap sahamnya saat ini punya klaim supaya pendapatannya tinggi. Menurut angka RPS, perusahaan dapat tampak baik secara finansial.
Meski demikian, tidak bisa hanya melihat RPS untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai kesehatan keuangan perusahaan.
Pasalnya, ada hal-hal lain yang juga penting untuk dipertimbangkan, di antaranya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan revenue.
Perlu diketahui, perusahaan akan memperoleh keuntungan jika revenue perusahaan lebih besar dari pengeluarannya.
Di lain sisi, perusahaan akan mengalami kerugian jika pengeluaran perusahaan lebih besar dari pendapatannya.
Kategori Revenue Per Share (RPS)
Terkait kategorinya, penting dipahami bahwa perusahaan yang punya revenue yang lebih konsisten memperoleh peringkat tinggi dengan prediktabilitas.
Menurut Peter Lynch, inilah kategori perusahaan berdasarkan pertumbuhan RPS-nya, yaitu:
Kategori RPS | Tingkat Pertumbuhan Pendapatan |
Pertumbuhan Lambat | Inflasi < Tingkat Pertumbuhan Pendapatan 10 Tahun < 10% |
Pertumbuhan Kuat | 10% < 10 Tahun Tingkat Pertumbuhan Pendapatan < 20% |
Pertumbuhan Pesat | Tingkat Pertumbuhan Pendapatan 10 Tahun > 20% |
Perusahaan favorit | Perusahaan yang kuat, yang tumbuh antara 10%—20% per tahun |
Cara Menghitung dan Contoh RPS
Berikut ini adalah beberapa rumus untuk menghitung Revenue Per Share:
- Revenue Per Share Quarter = Jumlah Pendapatan Kuartal/Saham yang Beredar
- Revenue Per Share TTM = Trailing pendapatan 12 Bulan/Rata-rata Saham yang Beredar dari Trailing 12 Bulan
Misalkan perusahaan menghasilkan revenue sebesar Rp500 juta dan memiliki 100 juta saham biasa yang beredar. Dengan demikian, RPS-nya adalah:
RPS = 500 juta/100 juta
Adapun RPS perusahaan tersebut, yakni 5. Dengan begitu, untuk setiap saham yang beredar, perusahaan menghasilkan 5 dolar dalam penjualan.
Penting diketahui bahwa revenue dapat dimanipulasi dengan mengubah cara pendapatan dibukukan.
Misalnya saja perusahaan memesan penjualan sebelum pembayaran diterima atau sebelum pendapatan diperoleh seutuhnya.
Nantinya, hal itu akan ditambahkan ke item neraca, seperti utang atau piutang, sehingga harus lebih teliti dan hati-hati dalam membacanya.
Nah, itulah tadi ulasan terkait Revenue per Share adalah, mulai dari kategori hingga cara untuk menghitungnya, yang perlu diketahui.
Pada dasarnya, Revenue Per Share yang baik adalah dengan meningkatkan pendapatan per bagian dalam jangka waktu tertentu yang sudah ditentukan.