Jejak Simbol Sunda: Bagaimana Arsitektur Vernakular Menjaga Harmoni Manusia, Alam dan Leluhur

Senin, 15 Desember 2025 | 15:49:16 WIB
Saung Angklung Udjo / Foto: Istimewa

JAKARTA - Arsitektur Nusantara adalah arsitektur di wilayah yang dinamakan Nusantara, dan berlanggam Nusantara. Yakni langgam yang ditampilkan oleh masing-masing arsitektur geografik (masing-masing daerah etnik) di Nusantara. 

Dalam Ilmu Arsitektur Nusantara, penting untuk memahami aspek budaya yang mencakup elemen fisik seperti bangunan, material, struktur, dan tata ruang (Tangible). Dan aspek budaya yang meliputi nilai-nilai, makna filosofis, tradisi, serta kepercayaan yang melekat pada bangunan tersebut (Intangible). 

Salah satu yang termasuk pada aspek budaya suatu bangunan ialah Simbolisme dari bangunan itu sendiri, konsep simbolisme dalam konteks materi saat ini, yaitu arsitektur vernakular adalah penggunaan elemen-elemen desain seperti bentuk, material dan penataan ruang untuk menyampaikan pesan, identitas, dan nilai-nilai tertentu pada komunitas lokal. Seperti contoh simbol yang berwujud yakni struktur bangunan, patung, monumen. Dan yang tak berwujud yakni upacara adat, pengetahuan, dan petuah lisan.

Tujuan riset ini dilakukan adalah untuk mengidentifikasi serta memahami nilai-nilai tangible dan intangible yang terdapat dalam bangunan Jakarta, Banten, dan Bandung. Riset ini juga dilakukan untuk memperdalam pemahaman mengenai hubungan antara arsitektur Nusantara dengan nilai-nilai budaya masyarakat setempat melalui eksplorasi.

Metode yang digunakan dalam riset ini adalah kajian Pustaka, yaitu pengumpulan data dan informasi yang relevan dengan topik melalui berbagai sumber tertulis, spesifiknya jurnal ilmiah. Metode ini memungkinkan peneliti memperoleh pemahaman konseptual dan teoritis tanpa melakukan observasi lapangan secara langsung.

Findings of the Study

1. Saung Angklung Udjo

Gambar 1. Simbolik Bangunan Saung Angklung Udjo

- Bambu & alam (pepohonan, vegetasi)

Melambangkan kedekatan dengan alam, kesederhanaan, dan warisan budaya Sunda yang harmonis dengan lingkungan. SAU menggabungkan alam dan budaya, menunjukkan pentingnya keseimbangan manusia–alam.

- Struktur “saung” (saung bambu/tradisional)                          

Menggambarkan akar tradisi, kesederhanaan, dan nilai komunitas — bukan arsitektur megah, tetapi rumah budaya yang bersahaja dan inklusif.

- Komposisi ruang pertunjukan, workshop, area hijau, suvenir, interaksi langsung

Melambangkan integrasi antara seni, pendidikan, dan kehidupan masyarakat bukti bahwa budaya hidup, berkembang, dan diwariskan, bukan sekadar dipertontonkan.

2. Adat Sunda Kasepuhan

Gambar 2. Simbolik Bangunan Adat Sunda Kasepuhan

- Tata Kosmologi & Struktur Ruang Berbasis Nilai

Rumah Adat Kasepuhan dibangun dengan konsep Tri Tangtu, yaitu harmoni antara ketuhanan, kehidupan manusia, dan alam. Filosofi ini diterapkan melalui orientasi utara–selatan (utara ke Gunung Ceremai sebagai sumber kehidupan; selatan sebagai arah mencari rezeki) serta hirarki ruang sakral - semi sakral - profan. Struktur ruang tidak hanya fungsional tetapi juga mengatur moral, etika sosial, dan perilaku penghuni.

- Kesederhanaan, Kerendahan Hati, & Etika Sosial

Bangunan tidak dibuat tinggi atau megah sebagai wujud nilai kesederhanaan dan rendah hati dalam budaya Sunda. Rumah ini mencerminkan tata etika keluarga dan masyarakat, mengajarkan penghuni untuk hidup tertib, sopan, dan menjunjung hirarki kesakralan yang menjadi pedoman kehidupan sehari-hari.

- Harmoni dengan Alam & Material yang Menyatu dengan Bumi

Material kayu dan bambu yang lentur terhadap gempa, atap ijuk yang tidak menyerap panas, serta lantai tanah/papan yang menjaga kelembapan menunjukkan prinsip rumah harus menyatu dengan bumi, bukan menantangnya. Nilai-nilai seperti keseimbangan manusia–alam dan keesaan Tuhan tertanam kuat, menjadikan rumah ini sebagai simbol hubungan spiritual, ekologis, dan budaya sekaligus.

3. Kampung Naga

Gambar 3. Simbolik Bangunan Kampung Naga

- Manusia – Alam – Leluhur

Material rumah yang 100% alami (kayu, bambu, rumbia, ijuk) melambangkan hidup selaras dengan alam serta menjaga warisan leluhur secara sederhana dan tidak berlebihan.

- Arah dan Struktur Rumah sebagai Simbol Jalan Hidup

Orientasi rumah (barat–timur dengan pintu utara–selatan) menggambarkan kerendahan hati spiritual. Pembagian tiga ruang yaitu Tepas, Tengah Imah, dan Pawon melambangkan keterbukaan, keseimbangan hidup, dan sumber kehidupan.

- Bentuk Rumah sebagai Simbol Kesederhanaan & Kesucian

Atap jolopong yang sederhana dan rumah panggung yang terangkat dari tanah menggambarkan kejujuran, anti pamer, serta kesucian sekaligus adaptasi terhadap lingkungan. Intangible : Kepercayaan terhadap amanat dan warisan leluhur (karuhun). Keyakinan bahwa alam adalah ciptaan Tuhan (Gusti Allah) yang harus dijaga.

Discussion Results

1. Saung Angklung Udjo

Saung Angklung Udjo yang berlokasi di Jl. Padasuka No.118, Pasirlayung, Cibeunying Kidul, Kota Bandung, berfungsi sebagai destinasi wisata budaya yang berperan penting dalam pelestarian tradisi, terutama melalui pertunjukan bambu dan harmoni musik angklung. Secara simbolik, bangunan ini menonjolkan penggunaan bahan lokal seperti bambu, yang merepresentasikan kedekatan dengan alam serta nilai kearifan lokal masyarakat Sunda. Filosofi simbolnya tercermin dari tujuan utama SAU, yaitu melestarikan, memelihara, dan mengembangkan seni serta kebudayaan tradisional Sunda agar tetap hidup dan relevan bagi generasi masa kini dan mendatang.

2. Adat Sunda Kasepuhan

Keraton Kasepuhan yang berlokasi di Jalan Kasepuhan No. 43, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan, tempat tinggal keluarga kerajaan, serta ruang pelestarian pengetahuan, tradisi, dan berbagai upacara adat maupun kegiatan keagamaan. Secara simbolik, keraton ini menampilkan elemen arsitektur seperti atap julang ngapak, lantai panggung, ruang berlapis, penggunaan material alami, dan ventilasi besar yang mencerminkan identitas lokal. Filosofi simbolnya berakar pada nilai keselarasan dengan alam dan Tuhan, kesederhanaan, penghormatan terhadap leluhur, keterbukaan, serta semangat hidup sosial yang rukun, sehingga menjadikan keraton tidak hanya sebagai bangunan fisik, tetapi juga sebagai pusat nilai dan kebijaksanaan budaya Cirebon.

3. Kampung Naga 

Kampung Naga yang terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, merupakan desa wisata yang menonjolkan keindahan alam serta kearifan lokal yang masih dijaga ketat melalui adat istiadat. Fungsinya tidak hanya sebagai hunian masyarakat adat, tetapi juga sebagai pusat aktivitas sosial dan keagamaan yang seluruh tata kehidupannya diatur oleh aturan leluhur. Secara simbolik, Kampung Naga diwujudkan melalui rumah panggung berbahan bambu dan kayu, yang mencerminkan kesederhanaan, kedekatan dengan alam, serta komitmen kuat untuk menjaga tradisi arsitektur dan budaya Sunda secara turun-temurun.

Conclusion

Saung Angklung Udjo, Kampung Naga, dan Rumah Adat Sunda Kasepuhan merupakan tiga contoh arsitektur vernakular Sunda yang menampilkan kedekatan masyarakat Sunda dengan alam, tradisi, dan nilai leluhur. Ketiganya bukan hanya berupa bangunan fisik, tetapi juga mengandung sistem nilai yang mencerminkan hubungan manusia dengan alam, leluhur, serta tatanan sosial.

Pada Saung Angklung Udjo, bambu menjadi elemen utama yang tidak hanya berfungsi sebagai struktur bangunan, tetapi juga sebagai simbol keselarasan antara seni, budaya, dan alam. Ruang pertunjukan yang terbuka dan menyatu dengan lingkungan menggambarkan sikap inklusif serta perannya sebagai pusat pelestarian seni dan pendidikan budaya. Penggunaan material alami yang ramah lingkungan sekaligus menunjukkan bahwa prinsip arsitektur berkelanjutan telah diterapkan secara intuitif melalui kearifan lokal Sunda.

Kampung Naga menampilkan keterikatan kuat antara masyarakat, alam, dan Tuhan melalui tata ruang yang membedakan area sakral, bersih, dan kotor, serta keberadaan hutan larangan yang dijaga secara turun-temurun. Penggunaan material tradisional seperti kayu, bambu, ijuk, dan tanah bukan hanya soal fungsi fisik, tetapi juga terkait dengan kepercayaan dan nilai spiritual. Larangan penggunaan material modern memperlihatkan cara masyarakat menjaga keberlanjutan lingkungan melalui norma adat dan spiritualitas.

Sementara itu, Rumah Adat Sunda Kasepuhan atau Pakungwati menegaskan struktur sosial, kearifan lokal, dan perlindungan yang tercermin pada bentuk atap julang ngapak serta pembagian ruang yang sarat makna simbolik. Material alami dan bentuk rumah panggung memperkuat nilai kesucian, kewibawaan, dan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan leluhur.

Walaupun Saung Angklung Udjo, Kampung Naga, dan Rumah Adat Sunda Kasepuhan memiliki fungsi dan konteks yang berbeda, ketiganya memiliki kesamaan mendasar: sama-sama menggunakan material lokal, menjaga nilai spiritual dan tradisi leluhur, serta menghidupkan filosofi hidup Sunda yang sederhana, berkelanjutan, harmonis, dan penuh makna simbolik. Arsitektur vernakular Sunda dengan demikian tidak hanya berkelanjutan secara ekologis, tetapi juga secara budaya dan sosial, karena mampu mempertahankan identitas lokal sekaligus menjaga harmoni dengan alam.

Dosen: Amanda Rosetia, Ph.D

Tim Penulis Mahasiswa Universitas Internasional Batam: Iffah Aladzillah, Anan pranata, Maghvero Sikhata AL Ghani, Lalla Ismaaisyah Wanira Putri, Dheo Fernanda Saputra, Gendari Aryandini, Abdu Sidik

Reference

Amirudin, S., Ikmaludin, I., & Kusmana, C. (2018). TIPOLOGI SISTEM BUDIDAYA PERTANIAN DAN KEBERLANJUTAN KETERSEDIAAN PANGAN PADA MASYARAKAT ADAT KASEPUHAN CIPTAGELAR SUKABUMI. 

C, N. (2018). Etika Lingkungan Dan Implementasinya Dalam Pemeliharaan Lingkungan Alam Pada Masyarakat Kampung Naga. 

Damayanti H, H. F. (2022). Pengelolaan Koleksi Museum Wayang Kekayon Sebagai Ruang Pelestarian Seni Budaya. 

Pribadi Y, G. A. C. A. (2022). PENGARUH KNOWLEDGE MANAGEMENT PRACTICES TERHADAP ORGANIZATIONAL PERFORMANCE DI PERUSAHAAN RINTISAN DARING INFLUX. 

Susanti, S., & Sjuchro, D. W. (2019). SAUNG ANGKLUNG UDJO: WISATA DAN PELESTARIAN BUDAYA. 

Widayat, R. (2006). SPIRIT DARI RUMAH GAYA JENGKI ULASAN TENTANG BENTUK ESTETIKA DAN MAKNA.

Terkini